PALU – Mohamad Irwan atau yang lebih akrab disapa Irwan Lapatta, menghelat silaturahmi bersama relawannya bernama “JIWA” di Jodjokodi Convention Center (JCC), pada Sabtu, 20 Juli 2024, pukul 15:30 WITA.

Bupati Sigi dua periode sejak 2016 ini, menamai relawannya dengan sebutan “JIWA” yang memiliki kepanjangan yaitu Jaringan Irwan Lapatta.

Diperkirakan masyarakat antusias dengan berbondong-bondong datang ke JCC guna mengikuti pertemuan itu berjumlah ribuan orang dari berbagai daerah di Sulawesi Tengah (Sulteng).

Melalui orasinya, Irwan Lapatta berterima kasih kepada relawan yang sudah memadati kawasan JCC. Menurutnya saat ini di kondisi menuju pilkada Sulteng, relawannya masih tetap setia bersamanya.

“Mari kita urus diri kita masing-masing, jangan kita urus orang lain, karena komitmen adalah persoalan integritas, komitmen adalah persoalan loyalitas, komitmen adalah persoalan nilai yang tidak bisa dibeli, komitmen tidak bisa dijual, komitmen tidak bisa dijual,” ujar Irwan saat berpidato.

Irwan Lapatta menyampaikan bahwa Sulteng merupakan ruang yang luar biasa. Kedepannya, Sulteng menjadi penyangga Ibu Kota Negara (IKN), oleh sebab itu nantinya akan banyak ruang baru yang akan terbuka seperti agribisnis, pertanian, perikanan, peternakan, usaha mikro kecil menengah (UMKM), pariwisata dan pertambangan.

“Saya pikir, Sulawesi Tengah menjadi ruang yang baru, ruang yang sangat luar biasa, ketika Ibu Kota Negara berpindah dari Jakarta ke Kalimantan,” kata Irwan.

Irwan juga mengatakan bahwa dirinya biasa disebut sebagai Bupati yang anti terhadap pertambangan. Hal tersebut bukanlah sebuah kebenaran, dia menegaskan bahwa dirinya hanya melaksanakan kebijakan atau aturan yang berkaitan dengan kawasan lingkungan dan sebagainya.

“Tidak, saya tidak pernah anti tambang, saya hanya melaksanakan aturan yang berkaitan dengan kawasan lingkungan,” tegas Irwan.

Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Sigi itu mengakui bahwa dia tidak mengeluarkan uang sepeserpun pada acara silaturahmi JIWA. Ia juga menyampaikan kepada relawannya untuk tetap pada pendirian dan komitmen bersama yang sudah dibangun.

Irwan berpesan agar melihat figur yang punya ide, gagasan, wawasan, dan paham tentang birokrasi. Menjadi seorang gubernur bukan hanya tentang popularitas dan elektabilitas, melainkan kemampuan dalam menggagas sebuah ide.

“Karena menjadi gubernur tidak hanya persoalan popularitas, elektabilitas, tapi kemapuan, gagasan, memahami ruang ruang birokrasi, itu yang penting, kenapa?, kalau tidak ada pengalaman di birokrasi agak-agak berat,” pungkasnya. (FR)