Palu – Pemerintah Kabupaten Buol resmi menjalin kerja sama dengan Universitas Tadulako (UNTAD) melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) yang berlangsung di ruangan Rektor UNTAD, Rabu sore, 30 Juli 2025.
“Kerja sama ini tidak semata-mata soal membangun kampus, tapi juga langkah strategis untuk meningkatkan akses pendidikan lanjutan pasca-SMA di Kabupaten Buol. Kami sangat membutuhkan kehadiran kampus negeri seperti UNTAD, termasuk program studi jenjang sarjana hingga pascasarjana,” ungkap Bupati Buol, Risharyudi Triwibowo.
Penandatanganan tersebut menjadi langkah awal dalam membuka Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) di Kabupaten Buol.
Bupati Risharyudi menjelaskan bahwa kerja sama ini tidak hanya bertujuan membuka kelas cabang universitas, namun juga merupakan bagian dari upaya memperluas akses pendidikan tinggi di wilayah Buol.
MoU ini turut mencakup pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Terkait rencana pembukaan program studi, Risharyudi mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya masih dalam tahap pemilihan. Sesuai ketentuan, minimal tiga program studi yang telah berstatus unggul wajib diajukan untuk dapat membuka PSDKU.
“Tiga program studi yang kemungkinan besar akan diajukan adalah PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar), Manajemen dan aplikasinya, serta Teknik dan terapannya. Tiga bidang ini kami anggap relevan dengan kebutuhan daerah,” jelasnya.
Lebih lanjut, Bupati Buol menekankan bahwa kerja sama ini diharapkan menjadi tonggak sejarah baru bagi daerahnya. Ia menyoroti minimnya akses pendidikan tinggi negeri di Buol selama ini, yang membuat banyak lulusan SMA terpaksa melanjutkan pendidikan ke luar daerah atau bahkan tidak melanjutkan kuliah sama sekali.
“Selama ini hanya ada tiga perguruan tinggi swasta di Buol. Akibatnya, banyak anak-anak Buol kuliah ke Gorontalo bahkan tiap tahun tercatat sekitar 600-an mahasiswa kami kuliah di sana. Yang ke UNTAD jumlahnya jauh lebih sedikit. Selebihnya, banyak yang akhirnya tidak melanjutkan kuliah dan menganggur,” jelas Risharyudi.
Rektor UNTAD, Prof. Amar, menekankan bahwa kerja sama ini bukan sekadar membuka kelas cabang, melainkan bagian dari komitmen dalam membangun pendidikan lanjutan yang inklusif dan merata.
“Buol memiliki potensi luar biasa, baik dari sisi sumber daya alam maupun manusianya. Kehadiran kampus negeri di sana bukan hanya kebutuhan, tapi sebuah keharusan agar generasi muda tidak lagi harus merantau jauh hanya untuk mengenyam pendidikan tinggi,” ungkap Rektor.
Dia mengisahkan bahwa hubungan personal dan kedekatannya dengan Kabupaten Buol telah terjalin lama, bahkan jauh sebelum ia menjabat sebagai rektor. Hampir tiap bulan ia mengunjungi daerah tersebut, menyusuri desa-desa, bahkan hadir di tengah konflik yang sempat memanas saat itu.
Komitmen terhadap Buol, menurutnya, sudah dibangun sejak lama dan kini diwujudkan dalam bentuk nyata.
Dengan status akreditasi “unggul” yang telah diraih UNTAD, peluang pembukaan PSDKU di daerah semakin terbuka lebar.
Namun ia juga menekankan bahwa pembukaan PSDKU tidak bisa asal-asalan. Diperlukan perencanaan yang matang, termasuk soal pembiayaan, rekrutmen dosen, dan kelayakan jumlah mahasiswa. Ia mencontohkan sejumlah PSDKU di daerah lain yang mengalami penurunan peminat hingga hampir ditutup.
Dia mengungkapkan bahwa di beberapa PSDKU seperti di Tojo dan Morowali, angka pendaftar terus menurun karena masyarakat kini memiliki daya saing ekonomi yang lebih baik dan memilih kuliah di kota besar bahkan ke luar negeri.
“Kalau kita membuka prodi tapi akhirnya ditutup karena tak ada peminat, itu bukan hanya merugikan universitas, tapi juga mengecewakan masyarakat. Maka kita harus membuka dengan hati-hati, penuh perhitungan,” tegas Prof Amar. RIL