Poso – Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Tadulako (Untad) Palu melaksanakan pelatihan bagi petani sayuran di Kabupaten Poso dengan menerapkan metode pertanian cerdas (smart farming).

Ketua Tim, Jusriadi, menjelaskan pelatihan ini bertujuan meningkatkan ketahanan pangan lokal melalui inovasi budidaya sayuran organik berbasis teknologi.

“Kami ingin membantu petani memanfaatkan teknologi agar produksi lebih efisien dan berkelanjutan,” ujarnya di Palu, Senin (22/9).

Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan di Desa Alitupu, Kecamatan Lore Utara, bersama dua akademisi lainnya, Desi Wahyuni Arsih dan Asgar Taiyeb.

Dalam kegiatan tersebut, tim memperkenalkan penggunaan soil analyzer dan soil moisture meter untuk memantau kondisi tanah, mulai dari pH, suhu, kelembaban, hingga kebutuhan air tanaman.

“Dengan alat ini, petani bisa mengetahui kapan tanaman membutuhkan air dan pupuk yang sesuai,” jelas Jusriadi.

Dari praktik lapangan, hasil pengukuran menunjukkan lahan kelompok tani mengalami kekurangan nitrogen dan kelembaban rendah. Data tersebut menjadi acuan bagi petani untuk menyesuaikan pola pemupukan dan penyiraman.

Pelatihan berlangsung di lahan Kelompok Tani SIPAMASE-MASE yang diketuai Arifuddin dan diikuti 20 anggota. Kelompok ini menanam berbagai komoditas seperti kol, kubis, bawang daun, seledri, kentang, tomat, cabai, hingga bawang merah. Selama ini, metode yang digunakan masih konvensional dengan ketergantungan tinggi pada pupuk anorganik dan pestisida.

“Selama ini kami hanya menebak kebutuhan tanah, sekarang bisa melihat data langsung,” kata Arifuddin.

Dia menambahkan, sebagian besar petani menyatakan kesediaannya untuk menerapkan teknologi tersebut secara berkelanjutan.

Program ini menunjukkan bahwa penerapan teknologi tepat guna mampu mendorong modernisasi pertanian, bahkan di daerah terpencil seperti Kecamatan Lore Utara.

Tim PKM Untad menyampaikan apresiasi kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi atas dukungan pendanaan.

“Inovasi ini dapat meningkatkan hasil pertanian sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal di Kabupaten Poso,” harap Jusriadi.*